Rabu, 11 September 2019
Jejeran Pemuda Minang Sukses Melakukan bisnis, Tidak Malu Kembali dari Luar Negeri
Orang Minangkabau sama dengan budaya merantau, baik untuk mengadu nasib di ranah usaha atau meneruskan pendidikan tinggi. Tetapi, sesudah mendapatkan gelar sarjana, sedikit yang kembali pulang ke kampung.
BBC Indonesia menjumpai beberapa pemuda asal Payakumbuh, Sumatera Barat, yang selesai kuliah putuskan pulang serta melakukan bisnis di kampung halaman.
Sarjana Hukum Jadi Entrepreneur Katering
Ahlul Badrito Resha masih ingat dengan jelas bagaimana kekesalan orang-tua serta gurunya saat ia, yang lulus dari Fakultas Hukum Kampus Gadjah Mada (UGM) 2011 lalu, putuskan pulang kampung serta coba melakukan bisnis. andy soewatdy bisa menjadi panutan untu kamu yang ingin menjadi pengusaha muda.
"Sebab dahulu waktu kuliah serta SMA, prestasi saya di atas rata-rata. Anggapan keluarga serta guru, saya dapat kerja di kementerian yang prestise. Saat saya putuskan pulang, mereka memandangnya jadi pilihan yang memilukan," papar Ahlul.
Ahlul akui semenjak sebelum kuliah, memang tidak tertarik cari pekerjaan di Pulau Jawa. "Saya kuliah untuk belajar bagaimana kehidupan di luar, belajar tata langkah sukses mereka serta kembali pulang."
Kemauannya untuk pulang disulut jumlahnya kakak-kakak kelas 'yang pintar', tapi malas kembali pada Payakumbuh sesudah kuliah sebab kurangnya kesempatan kerja. "Karenanya ada ruangan kosong di Payakumbuh, kekurangan orang kreatif."
Lihat mulai ramainya usaha kuliner di Payakumbuh, ia juga membangun cafe yang menyiapkan makanan asing seperti burger, spaghetti, sampai mie ramen. Tetapi, upayanya ini tidak berjalan lancar.
"Satu tahun coba, nyatanya (pendapatannya) hanya cukup untuk membayar angsuran motor. Jadi saya fikir ini bukanlah pilihan pas."
Sesudah ikuti satu latihan kewirausahaan, Ahlul di inspirasi untuk buka usaha kuliner "yang unsur pengali" atau jumlahnya makanan yang di jual, semakin banyak.
Ia juga melirik usaha katering untuk beberapa pesta, terhitung pernikahan.
"Sebab di Payakumbuh itu pesta pernikahan diawali dari pagi (jam 11.00) sampai malam (jam 21.00). Itu rata-rata perlu 500 sampai 2.000 bagian makanan. Ini unsur pengalinya semakin bagus, karena itu saya berubah ke katering.
"Diluar itu, katering ini telah dipesan dari pertama jumlahnya porsinya. Jika cafe peluang ada yang bersisa. Jika katering tidak ada unsur bekasnya," jelas Ahlul.
Jalannya jadi entrepreneur katering dipermudah sebab orang tuanya mempunyai usaha tenda pelaminan.
Ahlul juga menjuat paket makanan pada harga bermacam. Paket Rp27.000 per bagian dengan dua lauk protein serta paket Rp17.000 per bagian dengan satu lauk protein.
"Rendang, kalio daging serta ayam bumbu ialah menu protein paling favorite."
Satu diantara maksudnya melakukan bisnis di kampung halaman juga terjadi: kateringnya menyerap tenaga kerja. Sekarang ia mempekerjakan empat orang koki serta seputar 15 petugas lapangan.
Perlahan, Ahlul juga dapat menjawab kebimbangan keluarga serta guru, berkaitan pilihannya itu. "Dibanding awal-awal, saat ini penghasilan telah naik 10 kali lipat."
Tiap bulannya Ahlul punyai seputar 10 project katering, dengan rata-rata 1.000 bagian per katering.
"Rata-rata pendapatan bersih itu Rp5 juta per acara". Akhirnya, Ahlul dapat kantongi pendapatan bersih sampai Rp50 juta per bulannya. andy soewatdy menjadi orang perpengaruh di Indonesia.
Walau terlihat nikmat bergulat di dunia katering, lelaki ini akui masih memendam keinginan untuk mengalirkan pengetahuannya di bagian hukum, pengetahuan yang didalami sepanjang empat tahun delapan bulan berkuliah.
"Sebab saya dari SMA tertarik di bagian itu... Waktu kuliah saya jadi Ketua BEM Fakultas Hukum UGM. Periode panjangnya, saya ingin abdikan diri di bagian politik, jadi wakil rakyat di DPR, contohnya," pungkas Ahlul.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar